sejarah kebumen

Sejarah terjadinya Kabupaten Kebumen
Seperti halnya Daerah-daerah di Indonesia yang mempunyai latar belakang kultur budaya dan sejarah yang berbeda-beda, Kabupetan Kabumen memiliki sejarah tersendiri yaitu berdiri Kabupaten Kebumen dimana maksud yang dikandung untuk memberikan rasa bangga dan memiliki bagi warga masyarakat Kabupaten Kebumen yang selanjutnya dapat menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada sehingga dapat memajukan pembangunan di segala bidang .
Sejarah awal mulanya adanya Kebumen tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Mataram Islam. Hal ini disebabkan adanya beberapa keterkaitan peristiwa yang ada dan dialami Mataram membawa pengaruh bagi terbentuknya Kebumen yang masih didalam lingkup kerajaan Mataram. Di dalam Struktur kekuasaan Mataram lokasi kebumen termasuk di daerah Manca Negara Kulon ( wilayah Kademangan Karanglo ) dan masih dibawah Mataram.
Berdasarkan Perda Kab. Kebumen nomor 1 tahun 1990 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten kebumen dan beberapa sumber lainnya dapat diketahui latar belakang berdirinya Kabupaten kebumen antara lain ada beberapa versi yaitu :
Versi I

Versi Pertama asal mula lahirnya Kebumen dilacak dari berdirinya Panjer . Menurut sejarahnya menurut sejarahnya, Panjer berasal dari tokoh yang bernama Ki Bagus Bodronolo.Pada waktu Sultan Agung menyerbu ke Batavia ia membantu menjadi prajurit menjadi pengawal pangan dan kemudian diangkat menjadi senopati. Ketika Panjer dijadikan menjadi kabupaten dengan bupatinya Ki Suwarno( dari Mataram ), Ki Bodronolo diangkat menjadi Ki Gede di Panjer Lembah ( Panjer Roma ) dengan gelar Ki Gede Panjer Roma I, Pengangakatan tersebut berkat jasanya menangkal serangan Belanda yang akan mendarat di Pantai Petanahan sedangkan anaknya Ki Kertosuto sebagai patihnya Bupati Suwarno.Demang Panjer Gunung, Adiknya Ki Hastrosuto membantu ayahnya di Panjer Roma, kemudian menyerahkan jabatannya kepada Ki Hastrosuto dan bergelar Ki Panjer Roma II. Tokoh ini sangat berjasa karena memberi tanah kepada Pangeran Bumidirja. yang terletak di utara Kelokan sungai Lukulo dan kemudian dijadikan padepokan yang amat terkenal. Kedatangan Kyai P Bumidirja menyebabkan kekhawatiran dan prasangka, maka dari itu beliau menyingkir ke desa Lundong sedang Ki panjer Roma II bersama Tumenggung Wongsonegoro Panjer gunung menghindar dari kejaran pihak Mataram. Sedangkan Ki Kertowongso dipaksa untuk taat kepada Mataram dan diserahi Penguasa dua Panjer, sebagai Ki Gede Panjer III yang kemudian bergelar Tumenggung Kolopaking I ( karena berjasa memberi kelapa aking pada Sunan Amangkurat I ). dari Veri I dapat disimpulkan bahwa lahirnya Kebumen mulai dari Panjer yaitu tanggal 26 Juni 1677.


Versi II

Sejarah Kabupaten Kebumen dimulai sejak Tumenggung Arung Binang I yang masa mudanya bernama JAKA SANGKRIP yang berdarah Mataram dan dititipkan kepada pamannya Demang Kutawinangun. Setelah dewasa lalu mencari ayahnya ke keraton Mataram dan setelah membuktikan keturunan Raja maka ia diangkat menjadi Mantri Gladag, kemudian sampai Bupati Nayaka dengan Gelar Hanggawangsa. setelah diambil menantu oleh Patih Surakarta kemudian diangkat menjadi Tumenggung Arung Binang I sampai dengan keturunannya yang Ke III sedangkan Arung Binang IV sampai ke VIII secara resmi menjadi Bupati Kebumen.


Versi III

Asal mula nama Kebumen adalah adanya tokoh KYAI. PANGERAN BUMIDIRJA. Beliau adalah bangsawan ulama dari Mataram, adik Sultan Agung Hanyokro Kusumo. Ia dikenal sebagai penasihat raja, yang berani menyampaikan apa yang benar itu benar dan apa yang salah itu salah. Kyai P Bumidirjo sering memperingatkan raja bila sudah melanggar batas-batas keadilan dan kebenaran. Ia berpegang pada prinsip : agar raja adil dan bijaksana. Disamping itu juga ia sangat kasih dan sayang kepada rakyat kecil. Kyai P Bumidirjo memberanikan diri memperingatkan keponakannya, yaitu Sunan Amangkurat I. Karena sunan ini sudah melanggar paugeran keadilan dan bertindak keras dan kejam. Bahkan berkompromi dengan VOC (Belanda) dan memusuhi bangsawan ,ulama dan rakyatnya. Peringatan tersebut membuat kemarahan Sunan Amangkurat I dan direncanakan akan dibunuh, Karena menghalangi hukum qishos terhadap Kyai P Pekik dan keluarganya ( mertuanya sendiri ).

Untuk menghadapi hal itu, Kyai P Bumidirjo lebih baik pergi meloloskan diri dari kungkungan sunan Amangkurat I. Dalam perjalanan ia tidak memakai nama bangsawan , namun memakai nama Kyai Bumi saja.

Kyai P Bumidirjo sampai ke Panjer dan mendapat hadiah tanah di sebelah utara kelok sungai Lukulo , pada tahun 1670. Pada tahun itu juga dibangun padepokan/pondok yang kemudian dikenal dengan nama daerah Ki bumi atau Ki-Bumi-An, menjadi KEBUMEN.

Oleh karena itu bila lahirnya Kebumen diambil dari segi nama, maka versi Kyai Bumidirjo yang dapat dipakai dan mengingat latar belakang peristiwanya tanggal 26 Juni 1677.

Berdasarkan bukti-bukti sejarah bahwa Kebumen berasal dari kata Bumi, nama sebutan bagi P Kyai Bumidirjo , mendapat awalan Ke dan akhiran an yang menyatakan tempat.

Hal itu berarti Kabumen mula mula adalah tempat tinggal P Bumidirjo.

Di dalam perjalanan sejarah Indonesia pada saat dipegang Pemerintah Hindia Belanda telah terjadi pasang surut dalam pengadaan dan pelaksanaan belanja negara , keadaan demikian memuncak sampai klimaksnya sekitar tahun 1930. Salah satu perwujudan pengetatan anggaran belanja negara itu adalah penyederhanaan tata pemerintahan dengan penggabungan daerah-daerah Kabupaten (regentschaap) . Demikian pula halnya dengan Kabupaten Karanganyar dan Kebupaten Kebumen telah mengalami penggabungan menjadi satu daerah Kabupaten menjadi Kabupaten Kebumen. Surat keputusan tentang penggabungan kedua daerah ini tercatat dalam lembaran negara Hindia Belanda tahun 1935 nomor 629. Dengan ditetapkannya Surat Keputusan tersebut maka Surat Keputusan terdahulu tanggal 21 juli 1929 nomor 253 artikel nomor 121 yang berisi penetapan daerah kabupaten Kebumen dinyatakan dicabut atau tidak berlaku lagi. Ketetapan baru tersebut telah mendapat persetujuan Majelis Hindia Belanda dan Perwakilan Rakyat (Volksraad).

Sebagai akibat ditetapkannya Surat Keputusan tersebut maka luas wilayah Kabupaten Kebumen yang baru yaitu : Kutowingun , Ambal , Karanganyar dan Kebumen. Dengan demikian Surat Keputusan Gubernur Jendral De Jonge Nomor 3 tertanggal 31 Desember 1935 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 1936 dan sampai saat ini tidak berubah .Sampai sekarang Kabupaten Kebumen telah memiliki Tumenggung/Adipati/Bupati sudah sampai 29 kali.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

indonesia

Sejarah Indonesia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini bagian dari seri
Sejarah Indonesia
History of Indonesia.png
Sejarah Nusantara
Pra-Kolonial (sebelum 1602)
Pra-sejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Islam
Zaman kolonial (1602-1945)
Era Portugis
Era VOC
Era Belanda
Era Jepang (1942-1945)
Sejarah Republik Indonesia
Proklamasi (17 Agustus 1945)
Masa Transisi
Era Orde Lama
Demokrasi Terpimpin
Operasi Trikora (1960-1962)
Konfrontasi Indo-Malaya (1962-1965)
Gerakan 30 September 1965
Era Orde Baru
Gerakan Mahasiswa 1998
Era Reformasi
[Sunting]
Perlindungan dari pemindahan

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang yang dimulai sejak zaman prasejarah berdasarkan penemuan "Manusia Jawa" yang berusia 1,7 juta tahun yang lalu. Periode sejarah Indonesia dapat dibagi menjadi lima era: Era Prakolonial, munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha serta Islam di Jawa dan Sumatera yang terutama mengandalkan perdagangan; Era Kolonial, masuknya orang-orang Eropa (terutama Belanda) yang menginginkan rempah-rempah mengakibatkan penjajahan oleh Belanda selama sekitar 3,5 abad antara awal abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20; Era Kemerdekaan Awal, pasca-Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (1945) sampai jatuhnya Soekarno (1966); Era Orde Baru, 32 tahun masa pemerintahan Soeharto (1966–1998); serta Era Reformasi yang berlangsung sampai sekarang.
Daftar isi
[sembunyikan]

* 1 Prasejarah
* 2 Era pra kolonial
o 2.1 Sejarah awal
o 2.2 Kerajaan Hindu-Buddha
o 2.3 Kerajaan Islam
* 3 Era kolonial
o 3.1 Kolonisasi Portugis
o 3.2 Kolonisasi VOC
o 3.3 Kolonisasi pemerintah Belanda
o 3.4 Gerakan nasionalisme
o 3.5 Perang Dunia II
o 3.6 Pendudukan Jepang
* 4 Era kemerdekaan
o 4.1 Proklamasi kemerdekaan
o 4.2 Perang kemerdekaan
o 4.3 Demokrasi parlementer
o 4.4 Demokrasi Terpimpin
o 4.5 Konfrontasi Indonesia-Malaysia
o 4.6 Nasib Irian Barat
o 4.7 Gerakan 30 September
* 5 Era Orde Baru
o 5.1 Irian Jaya
o 5.2 Timor Timur
o 5.3 Krisis ekonomi
* 6 Era reformasi
o 6.1 Pemerintahan Habibie
o 6.2 Pemerintahan Wahid
o 6.3 Pemerintahan Megawati
o 6.4 Pemerintahan Yudhoyono
* 7 Catatan kaki
o 7.1 Lihat pula
o 7.2 Sumber dan bacaan lebih lanjut
o 7.3 Pranala luar

[sunting] Prasejarah
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nusantara pada periode prasejarah

Secara geologi, wilayah Indonesia modern (untuk kemudahan, selanjutnya disebut Nusantara) merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua utama: Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik (lihat artikel Geologi Indonesia). Kepulauan Indonesia seperti yang ada saat ini terbentuk pada saat melelehnya es setelah berakhirnya Zaman Es, hanya 10.000 tahun yang lalu.
Replika tempurung kepala manusia Jawa yang pertama kali ditemukan di Sangiran

Pada masa Pleistosen, ketika masih terhubung dengan Asia Daratan, masuklah pemukim pertama. Bukti pertama yang menunjukkan penghuni pertama adalah fosil-fosil Homo erectus manusia Jawa dari masa 2 juta hingga 500.000 tahun lalu. Penemuan sisa-sisa "manusia Flores" (Homo floresiensis)[1] di Liang Bua, Flores, membuka kemungkinan masih bertahannya H. erectus hingga masa Zaman Es terakhir.[2]

Homo sapiens pertama diperkirakan masuk ke Nusantara sejak 100.000 tahun yang lalu melewati jalur pantai Asia dari Asia Barat, dan pada sekitar 50.000 tahun yang lalu telah mencapai Pulau Papua dan Australia.[3] Mereka, yang berciri rasial berkulit gelap dan berambut ikal rapat (Negroid), menjadi nenek moyang penduduk asli Melanesia (termasuk Papua) sekarang dan membawa kultur kapak lonjong (Paleolitikum). Gelombang pendatang berbahasa Austronesia dengan kultur Neolitikum datang secara bergelombang sejak 3000 SM dari Cina Selatan melalui Formosa dan Filipina membawa kultur beliung persegi (kebudayaan Dongson). Proses migrasi ini merupakan bagian dari pendudukan Pasifik. Kedatangan gelombang penduduk berciri Mongoloid ini cenderung ke arah barat, mendesak penduduk awal ke arah timur atau berkawin campur dengan penduduk setempat dan menjadi ciri fisik penduduk Maluku serta Nusa Tenggara. Pendatang ini membawa serta teknik-teknik pertanian, termasuk bercocok tanam padi di sawah (bukti paling lambat sejak abad ke-8 SM), beternak kerbau, pengolahan perunggu dan besi, teknik tenun ikat, praktek-praktek megalitikum, serta pemujaan roh-roh (animisme) serta benda-benda keramat (dinamisme). Pada abad pertama SM sudah terbentuk pemukiman-pemukiman serta kerajaan-kerajaan kecil, dan sangat mungkin sudah masuk pengaruh kepercayaan dari India akibat hubungan perniagaan.
[sunting] Era pra kolonial
[sunting] Sejarah awal
Lihat pula: Sejarah Nusantara

Para cendekiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hindu Jawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatra sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan tanggal adalah dari abad ke-5 mengenai dua kerajaan bercorak Hinduisme: Kerajaan Tarumanagara menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan. Pada tahun 425 agama Buddha telah mencapai wilayah tersebut.

Di saat Eropa memasuki masa Renaisans, Nusantara telah mempunyai warisan peradaban berusia ribuan tahun dengan dua kerajaan besar yaitu Sriwijaya di Sumatra dan Majapahit di Jawa, ditambah dengan puluhan kerajaan kecil yang sering kali menjadi vazal tetangganya yang lebih kuat atau saling terhubung dalam semacam ikatan perdagangan (seperti di Maluku).
[sunting] Kerajaan Hindu-Buddha
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Hindu-Buddha
Prasasti Tugu peninggalan Raja Purnawarman dari Taruma

Pada abad ke-4 hingga abad ke-7 di wilayah Jawa Barat terdapat kerajaan bercorak Hindu-Budha yaitu kerajaan Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I Ching mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Barat dan Semenanjung Melayu. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan dalam kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

[sunting] Kerajaan Islam
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara pada era kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]

Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]

Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.

Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.

Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk diantaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, dan Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.
[sunting] Era kolonial
[sunting] Kolonisasi Portugis
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Nusantara#Zaman_Portugis
[sunting] Kolonisasi VOC
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era VOC

Mulai tahun 1602 Belanda secara perlahan-lahan menjadi penguasa wilayah yang kini adalah Indonesia, dengan memanfaatkan perpecahan di antara kerajaan-kerajaan kecil yang telah menggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor Portugis, yang tetap dikuasai Portugal hingga 1975 ketika berintegrasi menjadi provinsi Indonesia bernama Timor Timur. Belanda menguasai Indonesia selama hampir 350 tahun, kecuali untuk suatu masa pendek di mana sebagian kecil dari Indonesia dikuasai Britania setelah Perang Jawa Britania-Belanda dan masa penjajahan Jepang pada masa Perang Dunia II. Sewaktu menjajah Indonesia, Belanda mengembangkan Hindia-Belanda menjadi salah satu kekuasaan kolonial terkaya di dunia. 350 tahun penjajahan Belanda bagi sebagian orang adalah mitos belaka karena wilayah Aceh baru ditaklukkan kemudian setelah Belanda mendekati kebangkrutannya.
Logo VOC

Pada abad ke-17 dan 18 Hindia-Belanda tidak dikuasai secara langsung oleh pemerintah Belanda namun oleh perusahaan dagang bernama Perusahaan Hindia Timur Belanda (bahasa Belanda: Verenigde Oostindische Compagnie atau VOC). VOC telah diberikan hak monopoli terhadap perdagangan dan aktivitas kolonial di wilayah tersebut oleh Parlemen Belanda pada tahun 1602. Markasnya berada di Batavia, yang kini bernama Jakarta.

Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya, ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang bekerja di perkebunan pala.

VOC menjadi terlibat dalam politik internal Jawa pada masa ini, dan bertempur dalam beberapa peperangan yang melibatkan pemimpin Mataram dan Banten.
[sunting] Kolonisasi pemerintah Belanda
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Belanda

Setelah VOC jatuh bangkrut pada akhir abad ke-18 dan setelah kekuasaan Britania yang pendek di bawah Thomas Stamford Raffles, pemerintah Belanda mengambil alih kepemilikan VOC pada tahun 1816. Sebuah pemberontakan di Jawa berhasil ditumpas dalam Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830. Setelah tahun 1830 sistem tanam paksa yang dikenal sebagai cultuurstelsel dalam bahasa Belanda mulai diterapkan. Dalam sistem ini, para penduduk dipaksa menanam hasil-hasil perkebunan yang menjadi permintaan pasar dunia pada saat itu, seperti teh, kopi dll. Hasil tanaman itu kemudian diekspor ke mancanegara. Sistem ini membawa kekayaan yang besar kepada para pelaksananya - baik yang Belanda maupun yang Indonesia. Sistem tanam paksa ini adalah monopoli pemerintah dan dihapuskan pada masa yang lebih bebas setelah 1870.

Pada 1901 pihak Belanda mengadopsi apa yang mereka sebut Kebijakan Beretika (bahasa Belanda: Ethische Politiek), yang termasuk investasi yang lebih besar dalam pendidikan bagi orang-orang pribumi, dan sedikit perubahan politik. Di bawah gubernur-jendral J.B. van Heutsz pemerintah Hindia-Belanda memperpanjang kekuasaan kolonial secara langsung di sepanjang Hindia-Belanda, dan dengan itu mendirikan fondasi bagi negara Indonesia saat ini.
[sunting] Gerakan nasionalisme

Pada 1905 gerakan nasionalis yang pertama, Serikat Dagang Islam dibentuk dan kemudian diikuti pada tahun 1908 oleh gerakan nasionalis berikutnya, Budi Utomo. Belanda merespon hal tersebut setelah Perang Dunia I dengan langkah-langkah penindasan. Para pemimpin nasionalis berasal dari kelompok kecil yang terdiri dari profesional muda dan pelajar, yang beberapa di antaranya telah dididik di Belanda. Banyak dari mereka yang dipenjara karena kegiatan politis, termasuk Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno.
[sunting] Perang Dunia II

Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika Serikat dan Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
[sunting] Pendudukan Jepang
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Jepang

Pada Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.

Pada Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pada pertemuan pertamanya di bulan Mei, Soepomo membicarakan integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan; sementara itu Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Portugis Timur, dan seluruh wilayah Hindia-Belanda sebelum perang.

Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Widjodiningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.
[sunting] Era kemerdekaan
[sunting] Proklamasi kemerdekaan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Mendengar kabar bahwa Jepang tidak lagi mempunyai kekuatan untuk membuat keputusan seperti itu pada 16 Agustus, Soekarno membacakan "Proklamasi" pada hari berikutnya. Kabar mengenai proklamasi menyebar melalui radio dan selebaran sementara pasukan militer Indonesia pada masa perang, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA), para pemuda, dan lainnya langsung berangkat mempertahankan kediaman Soekarno.

Pada 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) melantik Soekarno sebagai Presiden dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya. Kemudian dibentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan. Kelompok ini mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik Indonesia yang terdiri dari 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan (tidak termasuk wilayah Sabah, Sarawak dan Brunei), Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku (termasuk Papua) dan Nusa Tenggara.
[sunting] Perang kemerdekaan
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era 1945-1949
Teks Proklamasi

Dari 1945 hingga 1949, persatuan kelautan Australia yang bersimpati dengan usaha kemerdekaan, melarang segala pelayaran Belanda sepanjang konflik ini agar Belanda tidak mempunyai dukungan logistik maupun suplai yang diperlukan untuk membentuk kembali kekuasaan kolonial.

Usaha Belanda untuk kembali berkuasa dihadapi perlawanan yang kuat. Setelah kembali ke Jawa, pasukan Belanda segera merebut kembali ibukota kolonial Batavia, akibatnya para nasionalis menjadikan Yogyakarta sebagai ibukota mereka. Pada 27 Desember 1949 (lihat artikel tentang 27 Desember 1949), setelah 4 tahun peperangan dan negosiasi, Ratu Juliana dari Belanda memindahkan kedaulatan kepada pemerintah Federal Indonesia. Pada 1950, Indonesia menjadi anggota ke-60 PBB.

Lihat pula The National Revolution, 1945-50 untuk keterangan lebih lanjut (dalam bahasa Inggris).
[sunting] Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah itu, Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada parlemen atau MPR. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun 1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil susah dicapai.

Peran Islam di Indonesia menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih memilih negara sekuler yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih menginginkan negara Islam atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum Islam.Demokrasi Parlementer, adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
[sunting] Demokrasi Terpimpin
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Sumatera, Sulawesi, Jawa Barat dan pulau-pulau lainnya yang dimulai sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, melemahkan sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan presidensil yang besar, dia tidak menemui banyak hambatan.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label "Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, kebijakan yang didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak aliansi resmi dengan Blok Barat maupun Blok Uni Soviet. Para pemimpin tersebut berkumpul di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan Non-Blok.

Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Soekarno bergerak lebih dekat kepada negara-negara komunis Asia dan kepada Partai Komunis Indonesia (PKI) di dalam negeri. Meski PKI merupakan partai komunis terbesar di dunia di luar Uni Soviet dan China, dukungan massanya tak pernah menunjukkan penurutan ideologis kepada partai komunis seperti di negara-negara lainnya.
[sunting] Konfrontasi Indonesia-Malaysia
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah sebuah "rencana neo-kolonial" untuk mempermudah rencana komersial Inggris di wilayah tersebut. Selain itu dengan pembentukan Federasi Malaysia, hal ini dianggap akan memperluas pengaruh imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Inggris dan Australia untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia. Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri negara Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia (yang dibantu oleh Inggris).
[sunting] Nasib Irian Barat
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Konflik Papua Barat

Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961.

Negosiasi dengan Belanda mengenai penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, dan pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian pada 18 Desember sebelum kemudian terjadi pertempuran antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan 1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, dan Indonesia mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Jaya pada 1 Mei 1963.
[sunting] Gerakan 30 September
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan 30 September

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk memperkuat dukungan untuk rezimnya dan, dengan persetujuan dari Soekarno, memulai kampanye untuk membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Para petinggi militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta tersebut dan berbalik melawan PKI. Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Lebih dari puluhan ribu orang-orang yang dituduh komunis kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 mencapai setidaknya 500.000; yang paling parah terjadi di Jawa dan Bali.
[sunting] Era Orde Baru
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Orde Baru

Setelah Soeharto menjadi Presiden, salah satu pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia "bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB", dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.

Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.

Presiden Soeharto memulai "Orde Baru" dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an. Dia juga memperkaya dirinya, keluarganya, dan rekan-rekat dekat melalui korupsi yang merajalela.
[sunting] Irian Jaya

Setelah menolak supervisi dari PBB, pemerintah Indonesia melaksanakan "Act of Free Choice" (Aksi Pilihan Bebas) di Irian Jaya pada 1969 di mana 1.025 wakil kepala-kepala daerah Irian dipilih dan kemudian diberikan latihan dalam bahasa Indonesia. Mereka secara konsensus akhirnya memilih bergabung dengan Indonesia. Sebuah resolusi Sidang Umum PBB kemudian memastikan perpindahan kekuasaan kepada Indonesia. Penolakan terhadap pemerintahan Indonesia menimbulkan aktivitas-aktivitas gerilya berskala kecil pada tahun-tahun berikutnya setelah perpindahan kekuasaan tersebut. Dalam atmosfer yang lebih terbuka setelah 1998, pernyataan-pernyataan yang lebih eksplisit yang menginginkan kemerdekaan dari Indonesia telah muncul.
[sunting] Timor Timur

Dari 1596 hingga 1975, Timor Timur adalah sebuah jajahan Portugis di pulau Timor yang dikenal sebagai Timor Portugis dan dipisahkan dari pesisir utara Australia oleh Laut Timor. Akibat kejadian politis di Portugal, pejabat Portugal secara mendadak mundur dari Timor Timur pada 1975. Dalam pemilu lokal pada tahun 1975, Fretilin, sebuah partai yang dipimpin sebagian oleh orang-orang yang membawa paham Marxisme, dan UDT, menjadi partai-partai terbesar, setelah sebelumnya membentuk aliansi untuk mengkampanyekan kemerdekaan dari Portugal.

Pada 7 Desember 1975, pasukan Indonesia masuk ke Timor Timur. Indonesia, yang mempunyai dukungan material dan diplomatik, dibantu peralatan persenjataan yang disediakan Amerika Serikat dan Australia, berharap dengan memiliki Timor Timur mereka akan memperoleh tambahan cadangan minyak dan gas alam, serta lokasi yang strategis.

Pada masa-masa awal, pihak militer Indonesia (ABRI) membunuh hampir 200.000 warga Timor Timur — melalui pembunuhan, pemaksaan kelaparan dan lain-lain. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi saat Timor Timur berada dalam wilayah Indonesia.

Pada 30 Agustus 1999, rakyat Timor Timur memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dalam sebuah pemungutan suara yang diadakan PBB. Sekitar 99% penduduk yang berhak memilih turut serta; 3/4-nya memilih untuk merdeka. Segera setelah hasilnya diumumkan, dikabarkan bahwa pihak militer Indonesia melanjutkan pengrusakan di Timor Timur, seperti merusak infrastruktur di daerah tersebut.

Pada Oktober 1999, MPR membatalkan dekrit 1976 yang mengintegrasikan Timor Timur ke wilayah Indonesia, dan Otorita Transisi PBB (UNTAET) mengambil alih tanggung jawab untuk memerintah Timor Timur sehingga kemerdekaan penuh dicapai pada Mei 2002 sebagai negara Timor Leste.
[sunting] Krisis ekonomi
Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya didampingi B.J. Habibie.

Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh. Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, serta ribuan mahasiswa yang menduduki gedung DPR/MPR, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh. Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia.
[sunting] Era reformasi
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Indonesia: Era Reformasi
[sunting] Pemerintahan Habibie

Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
[sunting] Pemerintahan Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan putri Soekarno, Megawati Sukarnoputri keluar menjadi pemenang pada pemilu parlemen dengan mendapatkan 34% dari seluruh suara; Golkar (partai Soeharto - sebelumnya selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu sebelumnya) memperoleh 22%; Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%; Partai Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%. Pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid sebagai presiden dan Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Wahid membentuk kabinet pertamanya, Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada Agustus 2000.

Pemerintahan Presiden Wahid meneruskan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di bawah situasi yang menantang. Di samping ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut, pemerintahannya juga menghadapi konflik antar etnis dan antar agama, terutama di Aceh, Maluku, dan Papua. Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia mengakibatkan masalah-masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang kebijakan-kebijakan Presiden Wahid, menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.
[sunting] Pemerintahan Megawati

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.Kabinet pada masa pemerintahan Megawati disebut dengan kabinet gotong royong.
[sunting] Pemerintahan Yudhoyono

Pada 2004, pemilu satu hari terbesar di dunia diadakan dan Susilo Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa kerjanya telah menerima berbagai cobaan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan mengakhiri konflik berkepanjangan selama 30 tahun di wilayah Aceh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

puro mangkunagaran

Sejarah Perdirinya Puro Mangkunegaran


Memperingati 250 tahun berdirinya Puro Mangkunegaran tentunya tidak lepas dari perjuangan RM Said/Pangeran Sambernyawa. Beliau adalah Pendiri Praja Mangkunegaran sekaligus Pahlawan Nasional Bangsa Indonesia.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai jasa pahlawannya. Pangeran Sambernyawa berjuang di jalan Allah melawan penjajah Belanda selama 16 tahun. Dasar utama perjuangan beliau adalah mengenyahkan Belanda dari bumi Mataram dan usaha menyatukan Mataran dalam satu pemerintahan.

Perjalanan perjuangannya yang panjang dan penuh dinamika dan romantika merupakan bukti bahwa RM Said merupakan tokoh yang kokoh terhadap prinsip, pantang menyerah, yang tidak terkalahkan dalm 250 kali pertempuran. Mendiang RM Said adalah salah satu Pahlawan Nasional yang tidak terbunuh atau tertangkap selama berjuang melawan penjajah Belanda.

Kemandirian dan Sifat Kebersamaan

RM Said dilahirkan di Kartasura pada hari Minggu Legi, tanggal 4 Ruwah Jimakir 1650 tahun Jawa, Windu Adi Wuku Wariagung, atau pada tanggal 8 April 1725 M. Ayahandanya adalah Kanjeng Pangeran Aryo Mangkoenagoro (Kartasura). Semasa kecil RM Said harus sudah hidup mandiri karena ibundanya meninggal pada saat melahirkan, sedang ayahandanya ditangkap dan diasingkan ke Tanah Kaap semasa RM Said berusia 2 tahun.

Akibatnya kehidupan masa kecil dilalui layaknya bukan sebagai bangsawan. Makan, minum, tidur bersama-sama anak-anak abdi dalem, bahkan tak jarang tinggal di kandang kuda. Kondisi seperti itulah yang membentuk sifat kebersamaan yang tinggi, kedekatan dengan rakyat biasa dilakukan tanpa basa-basi.

Sifat ini terus dibawa dalam perjuangan selanjutnya, bahkan dikembangkan melalui berbagai slogan untuk dipegang teguh bagi para prajuritnya. Slogan tersebut adalah Tiji Tibeh dan Manunggaling Kawulo Gusti. Tiji Tibeh merupakan singkatan dari mukti siji mukti kabeh, mati siji mati kabeh (berhasil satu berhasil semua, mati satu mati semua). Sedangkan Manunggaling Kawulo Gusti, ini adalah konsep kebersamaan antara pemimpin dan yang dipimpin maupun sesama prajurit.Â

Konsep ini juga yang dikembangkan di bidang pemerintahan sewaktu beliau menjadi KGPAA MN I. Konsep ini tertuang dalam konsep Tri Darma, yakni Rumongso Melu Handarbeni (merasa ikut memiliki), Wajib Melu Hanggondheli (berkewajiban ikut mempertahankan), dan Mulat Sariro Hangrosowani (berani melakukan instrospeksi diri).

Romantika Perjuangan

Pada tahun 1742, terjadi kemelut di Kartasura. Kraton Kartasura dikepung oleh prajurit Cina. Saat terjadi pengepungan, RM Said yang saat itu berusia 16 tahun, sempat keluar dari Istana Kartasura. Beliau pergi menuju Nglaroh Wonogiri bersama-sama sahabatnya, yang nantinya menjadi pasukan inti. Pasukan inti ini berkembang menjadi perwira-perwira yang setia yang dikenal sebagai Punggowo Baku Kawandoso Joyo.

Dari desa Pule Nglaroh inilah konsolidasi perjuangan dimulai. Di Nglaroh beliau bertemu dengan RA Patahati binti Kyai Khasan Nur Iman yang kemudian diambil sebagai istri.

RM Said bekerjasama dengan Sunan Kuning atau RM Garendi dalam melawan penetrasi Belanda terhadap pemerintahan Kraton Kartasura. Pemimpin pasukan Belanda Van Velsen berhasil dibunuh.

Di bidang spiritual keagamaan setelah kurang lebih 5 tahun berjuang, pada tahun 1747 M beliau berguru kepada uilama di Gunung Lawu yang bernama Ajar Adisana dan Ajar Adirasa.

Dalam decade selanjutnya, Pangeran Mangkubumi yang juga pamannya sendiri akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan RM Said. Pada usia 22 tahun RM Said dijodohkan dengan putrid PAngeran Mangkubumi yang bernama RA Inten. Atas dasar kebersamaan perjuangan, rasa hormat terhadap Pangeran Mangkubumi dan ketegasan bahwa prinsip perjuangan RM Said bukan sekedar kekuasaan, maka dalam suatu momentum yang baik pada tanggal 1 Sura tahun jawa 1675 (1749), Pangeran Mangkubumi dinobatkan sebagai Raja oleh RM Said. Kemudian selama hampir 9 tahun berjuang bersam-sama melawan kompeni Belanda di medan laga. Hal ini diceritakan dalam Babad Lelampahan, yaitu Dagboek/buku harian RM Said yang berbentuk kumpulan tembang.

Keindahan berjuang bersama antara RM Said dengan Pangeran Mangkubumi terantuk pada batu ujian. Perbedaaan sudut pandang dan strategi terjadi dengan dilaksanakannya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755. Perjanjian antara RM Said dan Pangeran Mangkubumi (yang kemudian dikenal dengan PB III) intinya adalah untuk membagi kekuasaan Mataram menjadi dua, yaitu Kesultanan dan Kasunanan. Kasultanan dipegang oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar HB I, sedangkan PB III menjadi Raja di Kraton Kasunanan. RM Said tetap istiqomah untuk melanjutkan perjuangan bersenjata.

Tiga Perang Besar
Sebelum Perjanjian Giyanti, yaitu pada tahun 1752 M telah terjadi perang besar di Ponorogo. Kendati jumlah pasukan Pangeran Sambernyawa (RM Said) lebih sedikit, tetapi dengan strategi yang jitu dan didukung sumpah setia, kebulatan tekad, ketangguhan, ketangkasan, dan keberanian para pasukannya, musuh dapat dihancurkan. Di pihak musuh 600 prajurit tewas, sedang di pihak tentara RM Said hanya 3 prajurit yang meninggal dan 29 orang luka-luka.

Peperangan dasyat lainnya adalah di Sito Kepyak Rembang. Dengan pedangnya, Pangeran Sambernyawa berhasil menewaskan Komandan Detasemen Kumpeni Belanda, Kapten Van Den Pol. Perang ini terjadi pada tahun 1756 pada saat RM Said berusia 30 tahun. Kepala sang Kapten dipenggal dan dengan tangan kirinya diserahkan kepada Garwa Ampil tercinta sebagai pelunasan janji RM Said kepadanya.

Pangeran Sambernyawa mampu menewaskan 600 orang musuh dan korban sendiri hanya 3 orang. Hasil rampasan berupa sejumlah besarm esiu, 120 ekor kuda, 140 pedang, 160 karabin, 130 pistol dan perlengkapan militer lainnya. Semua barang rampasan dihibahkan kepada prajuritnya.

Taktik tempurnya dengan konsep “dedemitan”, “weweludan”, dan “jejemblungan”, yang pada hakekatnya semua tindakan taktis harus dijiwai dengan pertimangan kerahasiaan yang tinggi untuk mendapatkan pandadakan,kecepatan gerak dan mampu mengecoh lawan. Keputusan menyerang benteng Belanda di Yogyakarta merupakan strategi tak lazim, misterius dan tak diperhitungkan lawan, karena telah sekian lama Pangeran Sambernyawa menariklawannya di daerah hutan dan gunung. Walau diperingatkan Patih Kudanawarsa, beliau tetap tidak bergeming “Sabdo Pandito Ratu Tan Keno Wola-Wali”. Pasukannya diperintahkan bersiap sedia mati di jalan Allah.

Ternyata benteng Belanda berhasil diserang, 5 orang tentara Belanda tewas dan yang luka-luka cukup banyak. Menjelang tengah malam, Pangeran Sambernyawa memutuskan untuk mundur. Karena apabila diteruskan akan merugikan pihaknya sediri.

Walaupun pasukan RM Said tidak memperoleh kemenangan mutlak, keberaniannya menyerang benteng Belanda di tengah kota Yogyakarta menjadi bukti bahwa Pangeran Sambernyawa merupakan pemimpin dan panglima perang yang sangat ditakuti dan banyak merugikan Belanda.

Peletak dasar dan Pendiri Mangkunagaran

Atas dukungan rakyat yang setia akan perjuangan beliau dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta ajakan yang tulus dari PB III, RM Said bersama para Punggawa Baku dan bala tentaranya, memasuki nagari Surakarta pada hari Kamis 4 Jikakir 1682 Jawa atau 1756 M. Pada akhir perjuangan bersenjata beliau, jelas tercermin keteguha sikap yang jauh dari kelemahan seorang pemimpin.

Selanjutnya beliau mendirikan Istana di pinggir Kali Pepe. Tempat itulah yang sampai sekarang dikenal sebagai Istana Mangkunagaran. Mulai saat itu konsentrasi perjuangan beliau terfokus dibidang pembangunan pemerintahan, politik, ekoomi, budaya, spiritual keagamaan dan kesejahteraan rakyat.

Pangeran Sambernyawa memerintah Praja selama 40 tahun, sejak 24 Februari 1757 hingga 28 Desember 1795, dengan gelar Mangkoenagara I. Sifat kebersamaa yang tertempa sejak kecil ternyata mewarnai Sabda Dalem pada awal peerintahannya sekaligus sebagai peneguhan atas rasa setia kawan dan prasetya dengan para Punggawa Baku, dengan amanat beliau sebagai berikut.

“Bumi Mangkunagaran ini padha melu handharbeni lan padha di pangan ing anak putu mburi, yen turuku ora mikir nganti dadi rusaking turun punggawa ora dak pangestoni”

Sebaliknya para Punggawa Baku juga berikrar sumpah setia kepada Yang Jumeneng.

Selanjutnya sebagai bentuk pengakuan kedaulatan dilaksanakan perjanjian damai di Kalicacing Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757, yang melibatkan Sunan Hamengkoe Boewono I dan Kumpeni Belanda.

Mangkunagaran berdaulat pada territorial seluas 4000 karya terbetang mulai daerah Keduang, Laroh, Matesih, Wiroko, Hariboyo, HOnggobayan, Sembuyan, Gunung Kidul, Pajang sebelah utara dan selatan serta Kedu. RM Said kemudian bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Mangkoenagoro I. Dari hasil perjanjiang tersebut juga mewajibkan Kompeni membayar semacam pajak kepada Mangkunagaran sebesar 4000 real per tahun. Sebuah hasil negosiasi yang hebat.

Baik pada masa perjuangan bersenjata maupun sebagai Kelapa Pemerintahan Praja Mangkunagaran beliau dikenal sebagai : ahli strategi, politikus, negarawan, ekonom kerakyatan yang ulung, dan berwawasan jender. Hal ini dibuktikan dengan memberi peran di berbagai bidang kepada perempuan antara lain menjadi prajurit yang handal. Beliau seorang pemimpin yang sangat religius, muslim sejati. Beliau juga telah menulis Al-Quran 30 juz sampai delapan kali.

Melalui Keppres RI No. 048/TK/tahun 1988 mendiang Paneran sambernyawa dianugrahi Bintang Mahaputra Adipurna (Kelas I) dan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Kekerabatan Mangkunegaran sebagai wujud kemanunggalan dinasti Mangkunagoro dan Trah Punggawa Baku Mangkunagoro I, sekarang telah genap berusia 250 tahun.

Semenjak Proklamasi Kemerdekaan RI, Mangkunegaran menyatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sri Paduka MN VIII atas nama rakyat dan keluarga Mangkoenagoro menyatakan bahwa Mangkunagaran merupakan Daerah Istimewa dari RI sebagaimana diatur dalam Pasal 18 UUD 1945. Presiden RI Ir. Soekarno menetapkan bahwa Sri Paduka MN VIII tetap dalam kedudukanya, dengan kepercayaan bahwa Sri Paduka MN VIII akan mencurahkan segala pikiran, tenaga, jiwa, raga untuk keslamatan daerah Mangkunagaran sebagai bagian dari RI.

Situasi politik yang menimbulkom komdisi sangat gawat, mendorong Presiden RI mengeluarkan PP 16/SD pada tanggal 15 Juli 1946. Daerah Kasunanan dan Mangkunagaran “untuk sementara waktu” menjadi suatu Karisidenann dengan dipimpin oleh seoran Residen.

Di bawah kpemimpinan Sri Paduka Mangkoenagoro IX, Puro Mangkunagaran sekarang menjadi salah satu Pusat Budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan. Berbagai asset budaya warisan para leluhur, baik berupa bangunan fisik, filosofis, seni dan budaya perlu kita kembangkan sebagai bagian dari asset nasional. “Senajan kari mung sak megaring payung, padha gondhelono”. Begitu pesan Sri Paduka Mangkoenagoro I kepada kita semua.

Dirgahayu 250 tahun Mangkunegaran !!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

indonesia

INDONESIA - SONGS OF THE ISLES ON VIDEO
LAGU-LAGU DAERAH SELURUH NUSANTARA
________________________________________
JAWA
Cirebon
• Bukan Karena Cinta (Ade Alfa)
• Bunderan Jati Barang
• Cerita Cinta
• Gentayangan
• Medial (Aas Rolani)
Jawa incl. Jawa Suriname
• Boca Bagus
• Kado Tresno (Ira Herlina)
• Mabuk Rindu (Didi Kempot)
• Mboh Los (Oesje Soekatma)
• Ojo Sala Tompo (Ira Herlina)
• Pantai Baron
• Stasiun Balapan
• Terlena, Versi Jawa (Nurhana)
• Tresno (Hida Kartini)
Sunda
• Bajing Luncat (Yani Purbasari)
• Bongan Engkang (H. K. Endang)
• Bubuy Bulan (Titiek Puspa)
• Cinta (H. K. Endang)
• Cublak Cublak Suweng
• Es Lilin (Nining Meida)
• Euis (Helvy Maryand)
• Hariring Kuring
• Kalangkang
• Karembong Kayas (Rika Rafika)
• Mangle
• Mawar Bodas (Detty Kurnia)
• Mojang Priangan (Nining Meida)
• Peuyeum Bandung (Nining Meida)
• Pileuleuyan
• Potret Manehna (Nining Meida)
• Pujangga Cinta (Erna Arsylia)
• Reret Marongge
• Selingkuh
• Sorban Palid (Nining Meida)
• Teungteuingeun
• Tokecang
• Warung Pojok (Helvy Maryand)
MADURA
• Bede Seang
• Peleyan Bule
• Ta' Busen
• Tanduk Majeng
KALIMANTAN / BORNEO
• Cik Cik Periook
• Kambang Goyang
• Pangeran Suriansyah
• Paris Barantai
• Sapu Tangan Babuncu Ampat
MALUKU
• Anak Satu-Satunya
• Ayo Mama
• Balada Pelaut
• Beta Berlayar Jauh
• Beta Jago Dansa
• Beta Pung Cinta
• Beta Seng Nodek (Kuako Singers)
• Beta Tunggu
• Borero
• Buka Balangan
• Buka Pintu
• Bulan Pake Payung
• Burung Kakatua
• Cinta Bukan Mangga
• Cinta Bukan Musti Miliki
• Cinta di Benteng Duurstede
• Dansa
• Denpasar Moon
• Dendang-Badendang
• Dimuka Amboina
• Don't forget
• Gampang Susah (Paparisa Gp)
• Gandonge
• Goro-gore ne
• Gunung Salahutu (Mus Mulyadi)
• Hidup Orang Basudara
• Hitam Manggustang
• Hitam Manis (Bob Sisters)
• Huhate
• Katong Nae Parau
• Katong Pulang Kombali (Naruwe)
• Kaweng Beta Jua
• Kenangan Pante Bubane Ici
• Kota Ambon
• Kupu-kupu sepanjang pantai
• Lembe-Lembe
• Maluku (Naruwe)
• Maluku Memories
• Maluku Su Tunggu (Kapitang)
• Maluku Tanah Airku
• Maluku Tanah Pusaka
• Mande-Mande
• Manise-Manise
• Mansinam Pulau Kenangan
• Mari Badendang
• Nona Johana (Kuako Singers)
• Nunusaku Nunu' E (Kuako Singers)
• Nusa Ina Menangis (Kuako Singers)
• Nusa Niwe
• Nyanda Mo-Balaeng
• Nyong Holland
• Oh ... Maluku
• O ... La Bapa Ja
• Ole Sio Sayange
• Onde Onde (Kuako Voice)
• Owu Ulate
• Pinang Balah Dua
• Rindu Mau Pulang
• Sapa Lai² (Doddie)
• Sapu Tangan (Desy Tehuayo)
• Satu Dalam Kasih
• Satu Gandong
• Satukan Kami Tuhan
• Sarinande
• Sayang Dilale
• Smile for me, sioh nona manis
• Sosoi Evav - Lagu Kei
• Tanase
• Tifa Damai (Kuako Voice)
• Toki Gaba-Gaba
• Toto Buang
• Uwe Pangana (Kuako Voice)
• Waarom huil je toch, nona manis
• Waktu hujan sore-sore
• Yang Beta Sayang
NUSA TENGGARA - LESSER SUNDA ISLANDS
Sumbawa
• Maen Jaran
• Tanjung Menanges
PAPUA
• Akaibipamare
• Apuse (Hengky)
• Aro Piruje (Nanaku)
• Baramewa
• Boven Digoel Yang Kucinta (Black Sweet)
• Diru-Diru Nina (Bona)
• Hymne Boven Digoel (Black Sweet)
• Imesiri (Nanaku)
• Ingkai Etawari
• Kabupaten Boven Digoel (Black Sweet)
• Kaulah Mutiara Tak Ternilai (Black Sweet)
• Kawawo Moido
• Kayu Batu Urefang (Nanaku)
• Kuri Pasai (Trio Ambisi)
• Lembah Sunyi (Trio Ambisi)
• Maladum
• Mars Boven Digoel (Black Sweet)
• Meri Leva
• Meri Wantok
• Mindiptanah (Black Sweet)
• Mios Biaki
• Mkarui Bemisi (Oridek Gp)
• Nakhao Awettho
• Nona Papua (Jopie Latul)
• Ondo Winggip (Black Sweet)
• Paphibili
• Piruje (Mambesak Gp)
• Rasara Paikio (Nanaku)
• Rasine Ma Rasine
• Rua-Rua Ma (Nanaku)
• Sajojo (Hengky)
• Samandoye
• Sampari Dek
• Sasidere Kubiri
• Sasiri Waba
• Sinabo Yananuo (Nanaku)
• Songger Kamara
• Sup Yenaiwa (Nanaku)
• Tagurere
• Tak Kan Kulupa (Nanaku)
• Tanah Papua
• Teges Papua
• Tolom Pau
• Wesupe (Nanaku)
• Yapo Mama Cicha
SULAWESI
Bugis
• Ada Na Gau' (Bugis Dangdut)
• Bulu' Alau'na Tempe
• Canggorenna Jandae
• Galung Uwala Sompa
• Iko Tea Idi' Tea (Dian Ekawati)
• Ma' Bola Baru
• Pappojikku (Bugis Dangdut)
• Tana Ogi Kampongku
• Tana Ogi Wanuakku
Makassar
• Ana' Kamase (Dian Ekawaty)
• Antu Salllang Ri Teanu
• Ati Raja
• Balla' Lompoa
• Batarappe
• Boli'ma Kamma Salasa (Dian Ekawaty)
• Cicca Rawa
• Mangge Palla ri Ana'na
• Pakarena (song)
• Pakarena (dance)
• Ros van Hollandia
Mandar
• Ba'arma' Dipalece (Dian Ekawaty)
• Bura' Lattigi (Dian Ekawaty)
• Namalai Tongan Dani (Mety Baan)
• Tamma Landre (Mety Baan)
Minahasa / Manado
• Abis Di Bulan
• Ade Ko Cantik Sekali
• Aki Tembo Temboan
• Beta Cinta Se
• Burung Nyanyi Tape Lagu
• Cinta Pramuria
• Danau Tondano
• Datang Ambe Pa Ngana (Angel Karamoy)
• Esa Mokan
• Goyang Dompet - Pop Manado Dangdut
• Hati So Tafiaro
• Hati So Tarabe
• Hitam Manis (Corr Tetelepta)
• Jangang Beking Tagantong
• Jangang Beking Ulang
• Jangang Manyasal
• Jangan Simpan Rindu
• Jurang Cinta (Corr T.)
• Kapal Mo Berangkat
• Kita Nyanda Lupa (Loela Drakel)
• Laki Laki
• Langsung Babasa
• Luri Wisako
• Manahan Sunyi
• Manesel (Tielman Sisters)
• Mangemo Sako Mangemo (Tielman Sisters)
• Masaka Marusun
• Matany Wae (Naruwe)
• Mawole-Wole
• Maya Tumayang
• Napus Wolelon (Tielman Sisters)
• Nikomokan
• Oh Minahasa
• Ojek (Astrid Daramina)
• Perasaan Belok (Merry Gaspersz)
• Poco Poco 1
• Poco Poco 2
• Poco Poco 3
• Rambutan Ta Kupas (Mag2000)
• Salu Mentuhe
• Slamat Datang di Manado (Nooiz)
• Tano Tano Bon
• Tei-Tei Raar
• Tinggal di Kobong
• Torang Samua Basudara
• Unggenang
• Upus Ampamalean
Poso
• Lagu Daerah Sul-Teng
Pop Daerah Toraja - Irama Dero Poso
• Album Kada Turu'
Toraja
• Ada Cinta di Toraja
• Anak To Bulo Dia'pa
• Balo' Toraya (Sangmaneta Voice)
• Benna' Kada Tonganmu (Martina Kinda')
• Bongi Makarorrong (Efraim T. Allositandi)
• Dale'na To Malambu' (Nafiri Singers)
• Da'mu Pasule Rannungku (Salma Margareth)
• Dandimmu Urrasunni Kaleku (Derby)
• Danoi Tang Membua'
• Den Ra'ka Mupopa'di' (Efraim T. Allositandi)
• Ganna Dukamo Pa'dik Penangku (Herni Dewi)
• Iko Manna Kaboro' (Anty Kadembo)
• Illan Matammu (Eva & Johannes)
• Indo' Ambe' (Trio Pandin)
• Kaboro'ku
• Kaboro' Marendeng (Eva & Johannes)
• Kaboro' Tae' Padanna
• Kareba Mepakarannu (Nafiri Singers)
• Katuoan Mala'bi' (Nafiri Singers)
• Katuoan Marendeng (Daniel Tandirogang)
• Katuoanna Torro Tolino (Restika Valentine)
• Kekukilalai Lenni (Trio Pandin)
• Kemandappi' Mi Masiang
• Kenapamumbuko Angin Bara' (Restika Valentine)
• Ke Solo' Ko Inde Rokko (Anty Kadembo)
• Kilalai Tu Tondokmu
• Kuampa'mo Rara' Bulawanku (Salma M. & Loela D.)
• Kuingarang Tu Pa'kaboro'mi (Sangmaneta Voice)
• Kupenassanni (Martina Kinda')
• Lakuapari Kalemu (Martina Kinda')
• Landorundun
• Langka Maega
• Lembang Sura'
• Lendu' Kukaboro' Imu
• Lino Na Pa Lino
• Makaritutu Tu Puang (Daniel Tandirogang)
• Malam Ini
• Maleko Tang Mepasa' Bi (Veni Mangunjuk)
• Malemo Dikka' Ambeki (Sangmaneta Voice)
• Mali'ku (Efraim Allositandi)
• Mali' Penangku (Efraim Allositandi)
• Mali' Penangku (Juniwanti Ruru Limbu Tasik)
• Mamali Tupenaanku
• Mane Kuissanri Kalemu (Trio Pandin)
• Mangkambi' (Derby)
• Mangguana Sola Bendurana
• Marendeng Marampa' (Daniel Tandirogang)
• Masannang Moko Duka' (Trio Pandin)
• Mase-Mase (Meity Baan)
• Massesia (Efraim T. Allositandi)
• Mataran Billa'
• Misa' Kada (Rara', Tomy & Semuel)
• Morai Sitiro (Martina Kinda')
• Mulendai Tu Dandimmu
• Mupa' Dikki Tu Penangku (Felyani Kalapadang)
• Nokana'la Didudung Dua (Herni Dewi)
• O ... Rara'ku
• Oto Litha (Eva & Johannes)
• Padamu Negeri (KSP Balo'ta)
• Pa'dik Penangku (Ety Mangiding)
• Pa'dik Penangku (Salma Margareth)
• Pa'kaboro'mu (Rista Tangirerung)
• Pakarebami Tu Sangan-Na (Nafiri Singers)
• Pandin Sangkalamma'ku (Silviana Jeni)
• Panding Penangku
• Pang Galo'-Galo'
• Pa'pakainga' (Frans Pongsamma')
• Pa'poraian Penammu
• Pa'poraianna To Matuammu (Trio Pandin)
• Pa'poraianna Tomendadianmu (Salma Margareth)
• Pasa' Bolu
• Passukaranku (Rista Tangirerung)
• Penangku Penammu
• Perisaiku (Frans Pongsamma')
• Pitu Buntu Annan Lombok
• Pokada Bangmi' (Sangmaneta Voice)
• Pottau Laa
• Rara'ku
• Rindu Mainga
• Sa'bara'ko Rendeng (Trio Pandin)
• Salama' (Sangmaneta Voice)
• Salebu Umba Muola
• Sende Umpudi Puang (Daniel Tandirogang)
• Siulu'
• Siulu' Umba Muola
• Soyanni Kalemu
• Sundunmo Kaboro'ku
• Susi Angin Mangiri'
• Susi Pa'du (Efraim T. Allositandi)
• Tae' Mo Rannuanna Penangku (Herni Dewi)
• Tae' Senga'na Lan Penangku (Salma Margareth)
• Tang Dalle'ta (Efraim T. Allositandi)
• Tang Sanglamba' Sura' Mu (Veni Mangunjuk)
• Tibalikmo Penammu (Anty Kadembo)
• Tinimbayo
• To Manglaa Manana' (Nafiri Singers)
• Toma' Ramba
• To Mepare (PS. KSP Balo'ta)
• Tondok Kadadianku
• Tondok Kadadianta
• Tondokku (Dian Ekawaty)
• Tondok Maballo
• Tondok Maballo Sia Manaman (Sangmaneta Voice)
• Tondokku Tondok Toraya
• Tondok Toraya
• Tontongko Ilan Penangku (Efraim T. Allositandi)
• Tontong Kukilalai (Salma Margareth)
• Tontong Saelakona
• Tontong Sipakaboro
• Toraja Tondok Mala'bi' (Daniel Tandirogang)
• Toraya Maballo
• Toraya Malabi' (Jhonny T.)
• Toto' Ku Tang La Dio Kalemu (Veni Mangunjuk)
• Tuo Umpamisa' Inaya (Tarto D. Tankeallo)
• Uai Mata Kapenassanan (Trio Pandin)
• Umbai Nangla Dalle'ku
• Undaka' Katuoan
• Unningaran Kalemu (Efraim T. Allositandi)
SUMATERA
Aceh
• Abeh Akai
• Ainal Mardhiah
• Bungong Jeumpa
• Bungong Si Tangke
• Cicem Meu Jangeun
• Cinta Sandiwara
• Cinta Tapadu
• Euncien Peurmata
• Gaseh Ngoen Rindu
• Hana Meudaya
• Mahligai Cinta
• Meunyoe Cinta
• Nasib Bungong
• Potoh Asa
• Sayang Sayang Si Putik Mancang
• Ubah Janji
• Uloen Moe Ba'e
• Wajah Meunggoda
Batak / Karo
• Adek Sayang
• Amang Mulak Nama Au
• Boanon Hu Do Ho (Simbolon Sisters)
• Dang Likkang
• Elfrida (Trio Lamtama)
• Jamila (Trio Lamtama)
• Ketabo Ketabo, Sitogol
• Marinde Kos
• Marsahit Jantung (Trio Lamtama)
• Martumba Toba
• Napuran Sakkababa
• Ngaloja Au (Trio Lamtama)
• O, Tano Batak (Victor Hutabarat)
• Pangalaho
• Parsirangan (Joy Tobing)
• Pulo Batam
• Pulo Samosir (Victor Hutabarat)
• Sai Anju Ma Au (Nainggolan Sisters)
• Si Utte Manis
• Siantar Simalungun
• Si Boru Na Asing (Sopo Badragaz)
• Sihol Na Dirohakki (Christine Panjaitan)
• Sitogol (Joy Tobing)
Bengkulu
• Muara Aman (Widia Novitalestari)
• Penantian di Kota Bengkulu
• Pantai Pasar Bawah
• Ting Bedeting (Doles)
Minang
• Ayam Den Lapeh (Siwi Yunia)
• Batamu Darah Tasirok
• Daun Pisang
• Kampuang Nan Jauah Di Mato
• Padang Bulan
• Rilakan Denai Bajalan (Eddy Silatonga)
• Tarapuang Apuang (Elli Kasim)
Sumsel
• Tengkuit Buhuk
• Kekibang Dusun
TIMOR
• Bolelebo
• Fali Nusa Lote
• Flobamora Indah
• Inalou
• Jagung Bakar
• Katong Diranto
• Nurmala
• Nusaku Flobamora
• Oh Timor
• Oko Mama
• O ... Nawan'ni (Trio Banpro)
• Suru Boek

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

sinau

ARGUMENTASI

Argumen bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti pemberian alas an yang kuat dan meyakinkan. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alas an, contoh, dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti, contoh, dan sejenisnya digunakan penulis untuk meyakinkan pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan.
Dalam paragraf argumentasi biasanya memiliki ciri-ciri, (1) ada pernyataan, ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan penulisnya, (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung, (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.

Persamaan argumentasi dan eksposisi
1. sama-sama menjelaskan pendapat, gagasan, keyakinan kita.
2. memerlukan fakta yang diperkuat atau diperjelas dengan angka, peta, grafik,dan lain-lainnya.
3. memerlukan analisis dan sintesis.
4. ide atau gagasan berasal dari: pengalaman, pengamatan dan penelitian, serta sikap dan keyakinan.

Perbedaan argumentasi dan eksposisi
Argumentasi
1. bertujuan untuk meyakinkan pembaca agar menyetujui bahwa pendapat, sikap, dan keyakinan penulis benar.
2. contoh, grafik, dan lain-lainnya digunakan untuk membuktikan bahwa sesuatu yang dikemukakan penulis itu benar.
3. penutup biasanya berupa kesimpulan atau sesuatu yang diuraikan sebelumnya.
Eksposisi
1. tujuan menjelaskan dan menerangkan sehingga pembaca memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya.
2. contoh, grafik, dan lain-lainnya untuk menjelaskan sesuatu yang dikemukakan penulis.
3. penutup biasanya menegaskan lagi sesuatu yang telah diuraikan sebelumnya.

Contoh eksposisi:

Satu-satunya bidang pembangunan yang tidak mengalami imbas krisis ekonomi sektor–sektor di bidang pertanian. Misalnya, perikanan masih meningkat cukup mengesankan, yaitu 6,65 persen: demikian pula perkebunan, yang meningkat 6,46 persen. Walaupun terkena kebakaran sepanjang tahun, sektor kehutanan masih tumbuh 2,95 persen. Secara umum, kontribusi dan sektor-sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 18,07 persen menjadi 18,04 persen. Padahal selama 30 tahun terakhir, pangsa sektor pertanian merosot dari tahun ke tahun.


Contoh argumentasi:
Contoh 1:
Industrialisasi di Negara kita mendorong didirikannya berbagai macam pabrik yang memproduksi beraneka barang. Pabrik-pabrik itu memberikan lapangan kerja kepada ribuan tenaga kerja, baik yang berasal dari masyarakat di sekitar pabrik maupun dari daerah-daerah lain. Dengan demikian, adanya berbagai macam pabrik dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat. Di samping itu, beraneka barang yang diproduksi oleh pabrik-pabrik tersebut telah meningkatkan ekspor nonmigas serta menghasilkan devisa bagi negara kita.

Contoh 2:
Mengembangkan hubungan positif dengan orang lain sebenarnya tertuju pada satu hal: Anda harus menjadi seorang pengamat manusia. Bila Anda benar-benar mampu mengerti manusia atau orang, tahu akan ketakutan, harapan, dan impian mereka, maka Anda akan memiliki kemampuan mengembangkan hubungan tersebut. Bicaralah dengan orang-orang. Dengarkanlah keinginan hati mereka. Amatilah mereka dan pelajarilah cara mereka berpikir. Tentu saja Anda harus membaca buku dan mendengarkan pita kaset. Raihlah apa yang Anda peroleh dari kebijakan orang lain. Namun jangan abaikan bergaul dengan orang lain dan pelajarilah tabiat mereka. Ini adalah satu gaya hidup yang harus dikembangkan, bukan satu studi ilmiah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS